Thursday, November 10, 2016

Kanker, Kau Renggut Ibuku


[Give away]
"Kanker"....1 kata yang sangat aku benci. Malah kalau "kanker" berwujud manusia, aku akan mendampratnya habis-habisan kalau perlu aku gampar tuh kanker. * maaf terbawa emosi, maklum sampai sekarang masih merasa bersedih sepeninggal ibu.

Betapa tidak, si "kanker" ini telah merenggut kehidupan ibuku, dan kebahagiaan keluargaku. Hanya selama kurang lebih 2 tahun, ia telah merampas hal yang paling berharga untukku dan keluargaku. 

Kanker, Kau Renggut Ibuku
Jum'at, 08 Januari 2016 tak akan pernah aku lupa setelah sholat jum'at selesai, ibu ku tercinta menghembuskan nafas terakhirnya di ruangan ICU di sebuah rumah sakit di Jakarta.

Kehilangan dan kesedihan menyelimuti keluargaku. Kami harus merelakan sosok seorang ibu yang sangat sederhana, pekerja keras, tegar, selalu positive thingking, dan tidak pernah mau ngrepotin orang lain. Bahkan kepada keluarga sendiripun, ia tidak pernah mengeluh.

Walaupun mulut kami berkata, "kami ikhlas!". Tetap saja ada rasa kebencian terhadap penyakit "kanker". Lebih tepatnya kanker usus besar (kolon) yang telah membuat ibuku menderita.

Sekitar pertengahan tahun 2014, ibuku sering merasa kesakitan di area perut. Keluarga selalu mengajak ibu untuk berobat ke dokter. Tapi karena memang sifat ibuku yang tak pernah mau ngrepotin orang lain, beliau hanya menjawab "ga usah. Paling cuma sakit maag doang. Minum obat maag pasti langsung sembuh." Agar keluarga tidak khawatir, beliau mengatakan kalau keadaannya baik-baik saja. Dengan rasa sakitnya itu beliau masih saja semangat bekerja. Padahal sudah sering keluarga meminta ibu untuk berhenti kerja saja, tapi kata beliau kalau tidak bekerja badan malah sakit semua.

Ibu mulai parah ketika harus dilarikan ke rumah sakit dan harus transfusi darah. Mendengar ibu harus transfusi darah, keluarga kaget. Secara kami orang awam, yang kami tahu kalau orang butuh transfusi darah itu adalah orang yang setelah mengeluarkan darah yang banyak jadi badan butuh pengganti darah tersebut dengan cara transfusi. Padahal setahu keluarga, ibu tidak mengalami kecelakaan / apa yang menyebabkan kehilangan banyak darah. Usut punya usut, ternyata selama ini ibu kalau BAB bersamaan dengan kotorannya ada darahnya. Di rumah sakit tersebut, ibu di teropong lambungnya (begitu kalau orang awam menyebutnya). Dokter mengatakan endoskopi dari mulut. Tetapi hasilnya menurut dokter tidak ditemukan penyakit yang parah waktu itu.

Keadaan ibu semakin parah ketika harus pulang kampung ke Jogja untuk menghadiri hajatan pernikahan adiknya (bulek saya). Mungkin karena kecapekan, ibu saya ambruk dan harus dirawat di rumah sakit di Jogja. Di rumah sakit tersebut ibu diharuskan transfusi darah lagi dan dilakukan endoskopi melalui mulut lagi. Dan hasilnya mengejutkan menurut dokter livernya sudah kena kanker. Kami sekeluarga langsung syok. Tidak tahu harus bagaimana. Kami pun tak tega mengatakan hal tersebut kepada ibu. Setelah membaik, ibu memaksa untuk kembali ke Jakarta.

Sekembalinya di Jakarta, ibu masih saja tidak menampakkan pemulihan. Tetapi tetap saja ngotot untuk tetap bekerja. Semua omongan keluarga tidak ada yang digubris. Akhirnya perut beliau setiap hari semakin sakit, seperti biasa ia tetap tak mau berobat. Hingga pada suatu ketika hari kamis pada saat ada puskesmas keliling di RW tempat tinggal, ibu memeriksakan sakitnya. Entah apa yang di katakan dokter, sejak itu ibu baru mau mulai menjalani pengobatan dengan serius.

Upaya pengobatan pun segera dilakukan. Kami sekeluarga sudah bertekad untuk selalu memberikan semangat kepada ibu. Pengobatan yang melelahkan, harus mondar-mandir dari rumah sakit satu ke rumah sakit yang lain. Hingga akhirnya di sebuah rumah sakit menurut keluarga dokternya bagus, ibu dirawat secara intensif. Ibu menjalani segala macam rangkaian tes. Dan salah satunya endoskopi melalui dubur. Sebelum proses endoskopi ibu diharuskan mengosongkan isi perutnya dengan meminum obat yang membuat perut mules dan harus BAB berulang-ulang. Tidak tega saya melihatnya.

Waktu endoskopi pun akhirnya dilakukan. Waktu itu aku dan adikku mendampingi ibu yang sudah di bius total untuk endoskopi. Setelah menunggu beberapa menit kami dipanggil untuk menjelaskan gambar yang ada dimonitor. Sebelum dokter menjelaskan, aku dan adikku sudah langsung menangis karena melihat gambar begitu jelas ada kanker 3 benjolan di usus besar ibu. Sambil dokter bicara, kami tak bisa berkata apa-apa. Waktu itu adek akhirnya keluar ruangan karena saking tidak tega melihatnya. Yang ada tinggal aku yang harus kuat mendengar penjelasan dokter. Aku hanya bisa menangis dan menciumi ibu yang sedang tak sadarkan diri.

Kesimpulan dokter dari hasil endoskopi adalah ibu harus dioperasi. Tetapi waktu itu kami belum siap memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada ibu. Hingga suatu malam dokter yang akan mengoperasi ibu datang ke kamar rawat. Dan tanpa basa-basi  langsung memberitahukan bahwa ibu terkena kanker usus besar dan ususnya harus dioperasi sekitar 23cm. Waktu itu keluarga sedang berkumpul untuk memberi semangat ibu, yang tadinya kami masih bisa bercanda tiba-tiba langsung senyap tak ada yang bersuara. Dokter menanyakan kesediaan ibu untuk di operasi. Ibu dan kami sekeluarga meminta waktu untuk menjawabnya.

Penyabab, Dampak Kemoterapi dan Penanggulangan Kanker
Ibu langsung tertegun. Lirih ia mengatakan "opo aku ki ra iso mari yo?? Duh gusti, kok aku diparingi penyakit koyo ngene. Opo dosaku?" Dalam bahasa Indonesia berarti " apa aku masih bisa sembuh ya?? Ya Allah, kenapa saya dikasih penyakit seperti ini?Apa salahku?"

Sebenarnya perkataan ibu tadi, sudah saya pikirkan sejak aku mengetahui penyakit ibuku. Aku mencoba mencari tahu apa itu kanker usus besar, apa penyebabnya dan apa obatnya. Yang sampai ibu meninggalpun kami tak mengetahui pasti apa penyebab kanker tersebut karena dokterpun tak bisa menjawab dengan pasti. Tapi mungkin saya bisa simpulkan penyebab ibu saya terkena kanker usus besar, yaitu:
1. Pola tidur yang tidak sehat. Ibu bekerja dengan sistem shift mengharuskan ibu terkadang bekerja malam dan tidur di pagi hari. Pola tidur yang terbalik dengan kodratnya ini ternyata membuat banyak penyakit mudah menghampiri. Padahal pola makan ibu termasuk sehat. Karena jarang mie instan dan junkfood.
2. Pikiran dan tenaga yang selalu di forsir. Ibu seorang pekerja keras sehingga tenaga dan pikirannya selalu diforsir untuk bekerja. Dan sifat ibu yang sensitif membuat ibu selalu memikirkan perkataan orang lain. Pikiran inilah yang sering menimbulkan kekhawatiran dan menimbulkan penyakit.
3. Ibu sering mengkonsumsi obat warung seperti obat pegal-pegal dan obat maag. 
Mohon sarannya kalau kesimpulanku ini salah.

Singkat cerita, proses pengobatan ini sangat menguras tenaga, pikiran dan tentu saja biaya. Bukan hanya dari ibu yang sakit saja tetapi juga dari keluarga. Dari awal pengobatan, operasi hingga proses kemoterapi yang terus berulang. Dari sebulan sekali hingga sebulan dua kali. Harus mondar-mandir dari rumah ke rumah sakit atau sebaliknya. Seminggu di rumah sakit, seminggu di rumah dan begitu terus berulang. Dari kemoterapi obat yang harganya fantastis, tapi alhamdulillah saya dapat keringanan harga karena saya membeli obatnya di Yayasan Kanker Indonesia (terimakasih Yayasan Kanker Indonesia) hingga proses kemoterapi melalui infus.

Dampak proses kemoterapi banyak yang dirasakan, yaitu:

  1. Rasa Mual yang luar biasa hingga tak nafsu makan. Akhirnya badan menjadi sangat kurus.
  2. Mulut dan lidah penuh dengan sariawan. Dipaksa untuk makanpun sakitnya luar biasa sakit tidak bisa buat mengunyah makanan, terkena air minum saja perih.
  3. Diare. Setiap makan sedikit saja, langsung terasa mau BAB.
  4. Rambut rontok
  5. Badan Demam
  6. Semakin tersiksa lagi karena harus disuntik setiap hari untuk pengecekan rutin.



Serentetan penderitaan itulah yang membuat keluarga semakin ikhlas untuk merelakan kepergian ibu. Walaupun kami telah berusaha tetapi tetaplah bukan kami yang mempunyai hak atas kehidupan di dunia ini.


Dari proses hidup yang harus aku lewati ini membuatku semakin peduli dengan kesehatan. Aku tak mau hidupku berakhir di tangan kanker. Apalagi seorang wanita lebih rentan terhadap kanker terutama kanker payudara dan mulut rahim.

Dari pada hidup kita mubadzir lebih baik penuhi saja kebutuhan badan kita yaitu makanan yang sehat, pola tidur yang sehat, minum air putih secukupnya, berolahraga yang ringan juga tidak masalah. Dan masih ada banyak cara lain lagi untuk memenuhi kebutuhan badan kita.

Tetapi bagi yang sedang sakit kanker, harus tetap SEMANGAT !!!Semangat hidupmu akan menentukan penyembuhanmu. SEMANGAT PERANGI KANKER!!! KANKER, NO WAY!!







16 comments:

  1. Semoga mba diberikan keiklasan y mba turut berduka atas meninggalnya ibu. Terimakasih sudah mau berbagi mba :) gudluck GA-nya y

    ReplyDelete
  2. ya Alloh mbaak...saya mbayangin dampaknya kemoterapi itu ngeri...

    jadi intinya tidak boleh terlalu lelah ya? waktu untuk tidur pun jangan dibalik gitu ya?

    thanks for sharing mbak. semoga ibu bahagia di alam sana. aaamiiin.

    ReplyDelete
  3. Iya memang itu yg dirasakan almarhumah ibu saya mb...sama2 mba.amin. Makasih.

    ReplyDelete
  4. Semoga almarhumah ibu diterima amal baiknya, amin
    Kanker sesuatu yang harus kita waspadai...
    smoga berhasil dengan GA-nya ya :)

    ReplyDelete
  5. Allaahummaghfirlahaa warhamhaa wa 'aafihaa wa'fu 'anhaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. AMIN. Terima kasih untuk doanya dan sudah berkenan mampir.

      Delete
  6. Innalillahi Wa Inna Illaihi Rojiun.. ikut berduka ya Mba.. InshaaAllah Almarhumah Ibu diberikan tempat yang tinggi dan mulia di sisi Allah SWT. Keluarga yang ditinggal diberikan keluasan hati dan kelapangan bathin untuk menerima kehendakNya, Aamiiin. Alfatihah.

    Thanks ya Mba sharingnya, mengingatkan kita semua untuk selalu hidup sehat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin....smoga kita slalu sehat ya mb dini. Trmksh udah mampir.

      Delete
  7. kanker memang penyakit yg mengerikan, semoga cerita di atas bisa menginspirasi supaya kita menjauhkan dari hal hal yg mengakibatkan seperti merokok

    ReplyDelete
  8. Amin. Yup smoga kita slalu sehat yaa mb Inta . Trims sudah mampir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sehat tuh justru murah kak. Kalau sakit tuh yg mahaaaal. Mahal obatnya, waktu, tenaga & fikiran. Smuanya terkuras kalau kita sakit.

      Delete
  9. emang kanker itu sesuatu banget yaa mba. bapak saya juga kanker dan berat bgt liatnya

    ReplyDelete
  10. Ya Allah... itu penyebab yg mbak tulis, ada di mamahku semua. :((( Udah berkali2 aku bilang, berenti pakai obat2an warung. Mama itu kalau pusing dikit langsung kasih bodrex. Flu dikit, langsung kasih decolgen. Telat makan dikit, langsung kasih promaag. :((( Emang sering ngeluh sakit. Kalau udah sakit, lemes, ga bisa ngapa2in. Cuma di kasuuuut aja seharian. Rumahku jauh sama mama. Mamaku juga bukan tipe orang yg kalo diomongin sm anak langsung terbuka pikirannya. Tapi nyangkal duluan. :( duh, semoga mamah baik2 aja .

    Maaf mbak jadi curhat. Salam kenal ya sebelumnya :))

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir dan memberikan komentar di feriyana.com. Ditunggu lho, kunjungan dan komentar berikutnya.