Belajar Untuk Tidak Mengatakan "Jangan"

Postingan ini saya buat berawal dari keresahan saya sebagai seorang ibu baru.

Setiap orang tua, apalagi seorang Ibu pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang hebat dan bisa dibanggakan. sehingga muncullah rasa memiliki yang berlebih terhadap anak. Merasa tahu segalanya hal terbaik untuk anak. Akhirnya rasa over protective terhadap anak tak bisa dihindarkan. Anak gak boleh ini, dan gak itu.

Padahal kita tahu sudah banyak penelitian mengenai cara mendidik anak yang benar adalah dengan membimbing anak dengan menggali dan mengembangkan minat dan bakat mereka. Setiap anak terlahir istimewa dengan keunikan dan kelebihan masing-masing. Dengan banyak larangan gak boleh ini dan gak boleh itu malah akan membuat potensi anak kita tidak tergali secara maksimal.

Keinginan anak selama itu tidak membahayakan keselamatannya harus orang tua dukung. Namun bagaimana kalau keinginan anak justru akan membahayakan anak? tetap kita dukung sisi positifnya, kemudian kita pilih kalimat yang tepat untuk memberi pengertian kepada anak kita kalau keinginannya akan membahayakannya. orang tua harus memberi alasan yang benar dan mengusahakan agar tetap di jalur nya.

Seperti anak saya yang berumur 5 tahun kalau dibelikan mainan baru, langsung di otak-atik. Dicopot bagian - bagian mainan tersebut. Kalau ditanya, "Daffa, kok mainannya dicopotin? kan lebih bagus bentuk yang tadi? memangnya Daffa bisa benerin lagi?"
Anak saya jawabnya " ini aku mau modif ma sama mainan yang ini. Mama punya lem ga, buat nempel ini?"

Ternyata anak saya maunya mainan yang baru tadi, di modifikasi digabungin dengan mainannya yang lama. Untuk menempel bagian satu dengan yang lain membutuhkan lem yang daya rekatnya kuat. dan biasanya lem seperti itu tidak aman untuk anak umur 5 tahun. Yaaaa, jalan keluarnya saya dampingi anak saya pada saat modif mainannya. anak saya perancangnya mau nempelinnya bagaimana, sedangkan saya tugasnya yang mengelem.

Ini adalah contoh gambar hasil modif mainan anak saya yang semua bahannya dari mainan bekas semua.

Walaupun hasilnya ga wow banget, tapi sebagai orang tua harus menghargaidan memberikan apresiasi sekecil apapun hasil kreasi anak kita.

Menurut saya, sebagai ibu muda harus dan wajib jadi lebay...ngajarin segala hal baru kepada anak kita yang masih kecil ga bisa dengan cara orang dewasa. al hasil dengan cara lebay lah yang saya gunakan.

Misalnya, ada kuda lewat di samping kita dan anak...yang harus dikatakan "waaaah,nak  ada kuda! Badannya besar ya!hayooo hitung kakinya ada berapa?" dan masih banyak lagi pertanyaan lebay yang bisa kita tanyakan kepada anak kita untuk melatih bicara dan mengungkapkan pendapatnya.

Kalau sekarang-sekarang ini anak saya sedang suka sekali menggambar dan di samping gambar tersebut, anak saya membuat cerita sesuai gambar. Awalnya dari kertas tak terpakai, anak saya menggambar dikertas itu, lalu dia bilang " ma, ini buatin buku dong gambar-gambar nya!" setelah kumpulan kertas itu saya jadikan buku, anak saya mulai menggambar. saya memberikan ide " nak, bagaimana kalau setelah gambar, kamu tullis ceritanya di sampingnya. biar mama ga lupa. Kalau kamu cuma ceritain doang, mama pasti cepet lupanya". eh, akhirnya keterusan deh tuh gambar kemudian dia nulis sendiri ceritanya. Banyak hal yang bisa dipelajari dengan kegiatan tersebut. Melatih nulis, menggambar dan mengembangkan daya kreatifitas.



Pokoknya banyak kegiatan yang bisa kita lakukan bersama anak. Istilahnya Quality time...

Hindari kata " JANGAN" dan "TIDAK" untuk mencegah anak melakukan hal yang tidak kita inginkan. cari kalimat yang tepat. Misal nya kalimat " Jangan lari, nanti jatuh!" bisa diganti dengan "Jalannya hati-hati nak, lantainya licin."
Kan lebih enak kan di dengarnya. tapi memang sulit sekali menghilangkan kebiasaan mengucap kata "JANGAN".

Moms...mari kita rapatkan barisan,,,belajar untuk tidak mengucap kata "JANGAN"...

Share:

6 komentar

  1. Sampe skr aku blm sukses nih mbak praktekin ini... :D. Susah bangeeettt.. Tp ttp mencoba kok.. :). Anak2 skr memang kalo diksh tau JAnGAn , biasanya malah makin dilakuin yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama mb fanny. Saya juga masih berusaha. Iya emang bener,,kalau dilarang malah makin jadi. Anak saya juga begitu. Oiya thanx ya mb udah mampir.

      Delete
  2. Betul banget nih mbak... Skrg masalahnya kalau kita sudah susah payah tidak katakan jangan eh lingkungan tidak mendukung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, betul, betul...lingkungan emang yg paling kejam. Hehe..sampai2 omongan yg tidak mendidik sampai jajanan yang ga sehat. Serba salah kalau kita melarang anak untuk main,anak kita nanti jadi ga bisa sosialisasi. *Ucing ala ebi...hehe..

      Delete
  3. alternatif dr kata jangan memang tricky ya mbak hehe.. sy kerja dgn anak2 dan juga msh belajar utk mengganti kata jangan. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang yaa mb,, kata "janga" emang yg paling singkat, padat,& jelas jadinya gampang banget kita ucap.kalau diganti kalimat lain, jadi malah kelamaan. Saya juga masih nyari2 formulanya nih..biar bisa ilangin kata "jangan" ini..

      Delete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir dan memberikan komentar di feriyana.com. Ditunggu lho, kunjungan dan komentar berikutnya.