Gerakan Berbagi Untuk Indonesia bersama BCA


Pernah merasa bingung kalau disuruh untuk mengisi kolom hobi pada biodata? kalau saya sih tidak pernah bingung ataupun ragu untuk menuliskan hobi saya. Saya masih ingat sedari masih SD selalu mengisi kolom hobi dengan "membaca". Bagi saya hobi membaca merupakan hobi yang mahal dan bergengsi. peeeh, tapi gak tau juga sih bagi orang lain. Mahal dan bergengsi yang saya maksud adalah karena saat masih sekolah SD di daerah Gunung Kidul, harga buku mahal dan relatif sulit untuk mendapatkannya. Hanya ada di perpustakaan sekolah dan itupun koleksi bukunya sangat terbatas. Karena harga buku mahal dan kesulitan dalam mendapatkannya membuat orang yang mempunyai hobi tersebut menjadi orang-orang yang bergengsi tinggi.
Hobi membaca saat itu bahkan hingga sekarang bisa dikatakan hanya untuk limited person. Selain mahal dan bergengsi ternyata membaca memang hanya diberikan kepada orang yang berlabel pintar dan kutu buku. Label itulah yang mungkin sampai sekarang membuat hobi membaca kurang diminati. Mengapa demikian? yaaa, karena takut di bully oleh teman-teman, "cieee...orang pintar nih, hobinya baca!", "eh, sssttt...si kutu buku datang. Pasti tasnya isinya buku semua deh tuh!" Pasti kalimat bully  seperti itu yang selalu didapatkan  oleh orang yang hobi membaca.

Bukan hanya sebagai jendela dunia semata, ternyata ada banyak fakta lain di balik hobi membaca. Ada banyak manfaat yang kita dapatkan. Teernyata hobi membaca bermanfaat  untuk meningkatkan kapasitas memori otak, membantu kemampuan berpikir analitis, menambah pengetahuan, memperluas cakrawala, mencegah alzheimer, meningkatkan karir, memperluaskan kosakata, meningkatkan konsentrasi, memperpanjang usia harapan hidup, dan dapat menurunkan tingkat stres. tahu sih, membaca banyak manfaatnya. Tetapi tetap saja minat membaca terutama di Indonesia masih sangat rendah.

Sadar akan pentingnya "membaca" dan tahu betapa rendah minat membaca masyarakat Indonesia, PT Bank Central Asia (BCA) melalui forum Kafe BCA V mengupas bagaimana budaya membaca perlu ditumbuhkan sedini mungkin. Acara yang terselenggara di Menara BCA Thamrin lantai 9 pada tanggal 15 Maret 2017 yang lalu, menghadirkan pembicara yaitu Kepala perpustakaan Nasional RI Muh. Syarif Bando, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Tjut Rifametia Umar Ali, Kepala bidang pengembangan dan pembinaan bahasa kemdikbud Dadang Sunandar, Dosen Sosiologi Universitas Indonesia Lucia Ratih Kusumadewi, dan Duta Baca dan Presenter "Kick Andy" Metro TV Andy F. Noya. Dengan tema "Membaca dari Generasi ke Generasi", Kafe BCA V membahas peran sentral perpustakaan dengan koleksi buku yang senantiasa diperbaharui sebagai salah satu kunci menuju generasi muda Indonesia yang gemar membaca. Dari sisi psikologis, kegiatan bedtime story oleh orang tua kepada anak misalnya, juga bermanfaat mendorong rasa ingin tahu yang berdampak meningkatkan minat baca anak sejak usia dini. Sedangkan dari sisi sosiologis, untuk dapat meningkatkan kebiasaan membaca di Indonesia, perlu terlebih dahulu menanamkan persepsi, ketertarikan dan kesadaran generasi muda akan manfaat membaca buku sebagai jendela dunia dan inspirasi kehidupan.


Peran Perpustakaan Dalam Peningkatan Minat Membaca
Berdasarkan study "Most Littered Nation In The World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara mengenai minat membaca. Indonesia berada di bawah Thailand yang berada di no 59 dan di atas Bostwana no 61. Minat baca masyarakat Indonesia yang rendah, salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan bahan bacaan alias buku. Faktanya di Indonesia 1 buku ditunggu 50 orang. Padahal menurut UNESCO, idealnya 1 orang mempunyai 2 bahan bacaan. Jadi kalau ada yang bertanya, "sudah ada berapakah total jumlah anggota perpustakaan nasional?", pertanyaan itu sudah tidak relevan lagi. Seharusnya yang ditanyakan adalah "berapakah jumlah koleksi bahan bacaan yang ada di perpustakaan nasional". Kepala Perpustakaan Nasional RI Muh. Syarif Bando menyadari keadaan tersebut. Minimnya ketersediaan bahan baca terutama di daerah terdepan Indonesia. Sangat sullit dan dengan harga mahal demi mendapatkan sebuah buku.


Seakan mengaminkan penjelasan Kepala Perpustakaan Nasional RI Muh. Syarif Bando, Kepala Bidang Pengembangan dan Pembinasaan Bahasa Kemdikbud Dadang Sunandar menjelaskan betapa sulitnya menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia. Sudah banyak program yang dibuat Kemdikbud untuk menumbuh kembangkan minat baca teersebut. Kemdikbud mempunyai program 15 menit setiap hari membaca buku di sekolah, dan gerakan literasi sekolah. Tetapi faktanya program bagus, implementasi di lapangannya masih sangat kurang. Menurut penjelasan dari pak Dadang Sunandar ternyata bukan persediaan bahan bacaannya yang sedikit tetapi permasalahannya ada pada pendistribusian bahan bacaan alias buku ke seluruh Indonesia. Lebih dari 200.000 sekolah terkendala dalam proses pendistribusiannya. Jadi perpustakaan nasional sangatlah penting kehadirannya dalam penyediaan bahan baca serta diharapkan pendistribusiannya akan semakin efektif. Memang butuh cara yang lebih kreatif dan efisien lagi dalam pendistribusian bahan baca ke seluruh Indonesia. 

Sulitnya Menggalakan Program Untuk Gemar Membaca
Mengapa sangat sulit sekali dalam upaya menggalakan gemar membaca terutama dalam masyarakat Indonesia? Ternyata permasalahan yang dihadapi tidak sesederhana yang kita fikirkan. Ada banyak faktor penyebab rendahnya minat baca. Seperti yang telah dipaparkan di atas, ketersediaan buku atau bahan baca dan pendistribusian merupakan dua faktor penyebab minimnya minat baca di Indonesia. Selain dua hal tersebut, ternyata ada faktor mendasar yang menyebabkan hal tersebut. faktor apakah itu?

Dosen Sosiologi Universitas Indonesia Lucia Ratih Kusumadewi, memaparkan dengan jelas pada dasarnya faktor budaya masyarakat Indonesia lah yang menyebabkan minimnya minat baca di Indonesia. Berdasarkan sejarahnya, budaya masyarakat Indonesia yang komunal dan lebih suka mengungkapkan sesuatu hal secara lisan. Dua hal inilah yang membuat masyarakat Indonesia tidak terbiasa mengungkapkan sesuatu dengan tulisan. Kurangnya menulis sudah bisa dipastikan malas untuk membaca.  

Sedangkan menurut Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Tjut Rifametia Umar Ali, minimnya minat baca masyarakat Indonesia disebabkan oleh kurangnya pembiasaan kegiatan membaca sejak dini. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa 6 tahun pertama fase kehidupan manusia merupakan usia penentu masa depan. Apabila 6 tahun pertama tidak dibiasakan membaca, di tahun-tahun berikutnya bahkan hingga usia dewasa kemungkinan besar tidak akan menyukai membaca. Tidak semudah itu memang membiasakan membaca sejak dini. Namun bisa diawali dengan orang tua yang memberikan contoh. Orang tua harus suka membaca terlebih dahulu barulah bisa memberikan contoh dan mengajak anaknya untuk melakukan hal yang sama. 

Berikut cara praktis yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan anak untuk menyukai membaca, yaitu:
  • Mengajak anak untuk menunggu loper koran datang setiap pagi
  • Mendongeng saat sebelum tidur
  • Membawa anak ke perpustakaan
  • Memberi bacaan yang menarik dan banyak gambarnya  
Di era milenial ini, sebenarnya mampu mengajak masyarakat kembali menyukai kegiatan membaca. Sudah banyak buku berbentuk e-book, yaitu buku yang berbentuk digital. Namun sepertinya ada yang salah dalam penerapannya. Saat ini masyarakat memang suka membaca via online atau digital namun ternyata yang dibaca lebih banyak info dari sosial media yang kebanyakan belum tentu terjamin kebenarannya. Membaca berita di sosial media juga hanya sekilas saja tanpa ada rasa ingin tahu lebih dalam lagi berita yang sebenarnya. Hanya ingin sekedar tahu saja. Bukan seperti saat di era membaca buku konvensional, di mana orang yang membaca memang menginginkan informasi yang lengkap dan lebih mendalam sehingga menimbulkan pemahaman dan pengetahuan baru. Hal ini terbukti tahun 2014 masyarakat Indonesia sebanyak 88,1 juga terkoneksi dengan internet. Namun sebanyak 40 % memakainya hanya untuk game saja. Yang 60 % sudah merupakan gabungan dari yang menggunakan internet untuk sosial media dan yang untuk benar-benar mencari informasi. Hal sederhana yang dapat kita lihat betapa minimnya minat baca masyarakat Indonesia adalah saat ditanya, "buku-buku semasa sekolah dulu masih ada gak? apa masih dibaca?" Pasti sebagian besar menjawab, "sudah dikilo-in semua. habis buat apa?Kan udah gak kepake? Buat apa numpuk-numpuk buku. Bikin rumah makin sempit aja." *see... terlihat kan bagaimana minimnya minat baca masyarakat Indonesia? 

Ironis memang melihat generasi era milenial ini yang sangat minim minat bacanya. Padahal dengan kegiatan membaca inilah akan menciptakan kenangan tersendiri saat kita tua nantinya. Seperti yang diceritakan Andy F. Noya, sebagai duta baca ternyata beliau mempunyai kenangan yang tidak pernah terlupa olehnya. Bahkan beliau sampai menangis terharu saat menceritakan perjuangan serta pengorbanan ia dan ibunya dalam mendapatkan bahan bacaan. Jadi tidak mengherankan di acara talkshow "Kick Andy" yang ia pandu, selalu memberikan hadiah buku untuk yang hadir di acara tersebut.



Ternyata bukan hanya Andy F. Noya saja yang mempunyai kenangan tentang perjuangan dan pengorbanan hanya untuk membaca. Pak Jahja Setiaatmadja Direktur Utama BCA pun ternyata mengalami hal yang sama dengan Andy F. Noya.  "Kami berharap forum Kafe BCA V ini dapat bermanfaat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kolaborasi berbagai pihak untuk dapat menumbuhkan budaya gemar membaca di Indonesia. Minat baca bangsa Indonesia yang rendah merupakan masalah serius yang harus segera kita tanggapi bersama karena berhubungan dengan masa dengan generasi muda Indonesia kelak di tengah pesatnya informasi dan pengetahuan yang berkembang dewasa ini," tutur pak Jahja Setiaatmadja.

Dalam kesempatan itu juga, BCA berkomitmen untuk menumbuhkan kembali semangat membaca di berbagai pelosok Indonesia. BCA memperkenalkan dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan berbagi "Buku Untuk Indonesia". Yaitu gerakan yang bertujuan memberikan dan memperluas akses masyarakat terhadap buku. Melalui gerakan ini, BCA mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk ikut ambil bagian, sehingga anak-anak Indonesia mendapatkan akses buku sebagai  sarana penunjang belajar. Masyarakat dapat memilih paket donasi yang tersedia dan nantinya dana yang tekumpul melalui gerakan berbagi "Buku Untuk Indonesia"  akan dikonversi menjadi buku dan disalurkan ke beberapa daerah di Indonesia. Sebagai bentuk apresiasi, BCA menyediakan kaos kebaikan yang dipersembahkan kepada masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam geerakan ini. BCA telah bekerjasama dengan bliblidotcom dalam menyebarluaskan kaos kebaikan ini. Di kesempatan yang sama, pak jahja Setiaatmadja membuka gerakan berbagi "Buku Untuk Indonesia" dengan membuka virtual book dan memberikan kaos kebaikan kepada para pembicara yang hadir sebagai bentuk apresiasi.   




Cara Berbagi "Buku Untuk Indonesia"
Mengingat  pentingnya buku untuk masa depan generasi Indonesia yang gemilang, diharapkan pastisipasi seluruh masyarakat Indonesia. Bagi yang ingin berpartisipasi segera buka website https://bukuuntukindonesia.bca.co.id/. Langsung klik saja tombol "Berbagi".

 


Setelah membuka tombol "berbagi" akan muncul tampilan bliblidotcom untuk memilih paket donasi dan model baju yang akan dipilih. Ada tiga model baju. Dan kualitas bajunya bagus. Yang berwarna oranye dan biru sangat cocok untuk olahraga. Sedangkan yang putih berbahan katun sangat cocok untuk keseharian. Dijamin tidak akan menyesal karena kualitas bahannya bagus. saya juga sudah punya lho... Tapi karena sayang suami, sengaja kaos berbagi tersebut saya berikan untuk suami tercinta. Saya memilih yang warna biru. Dan kaosnya langsung dipakai untuk olahraga.

Proses pengiriman donasinya bisa dilakukan seperti kita berbelanja di bliblidotcom. Mudah kan? Pastinya... Karena seperti yang telah kita ketahui, berbelanja di bliblidotcom ada banyak pilihan metode pembayaran donasi untuk mempermudah kita membayarnya. Yaelah tidak usah khawatir, paket donasinya masih terjangkau kok. Kamu tidak akan menjadi miskin seketika hanya dengan mendonasikan di gerakan berbagi "Buku Untuk Indonesia". Justru hidup akan terasa lebih bahagia denngan menolong banyak masyarakat Indonesia terutama di daerah terdepan.

Langsung memberikan ikan, bukanlah tindakan yang tepat untuk menolong seseorang. Sebaiknya berikanlah pancingnya. Yang tak kan habis untuk sekali mencari ikan.
Dari kalimat di atas menggambarkan apabila kita ingin menolong dan menjadikan generasi Indonesia yang gemilang, berikanlah alatnya. Alat untuk menjadikan generasi cerdas, generasi gemilang ya hanya dengan memberikan buku. Tidak ada cara lain... Bagaimana menurut Kamu? Saya sudah punya kaos kebaikan nih, Kamu kapan?

Yuk aaah, berbagi sekarang untuk generasi yang gemilang!! BerbagiUntuk Indonesia






Share:

14 komentar

  1. Budaya membaca memang kurang ya, makanya ga heran kalau negara kita banyak tertinggal dengan negara yang lain. Ide bank BCA untuk membuat gerakan seperti ini patut diacungi jempol ^_^






























    ReplyDelete
    Replies
    1. Becuuuul...susah pake banget mengajak terutama anak2 untuk ear membaca.

      Delete
  2. membaca itu hobi mahal... iya kalau beli sendiri..
    alhadulillah dari SD sampai kuliah selalu tinggal dekat perpustakaan jadinya sering banget pinjam buku
    dua kali seminggu ke perpus, sekali pinjam boleh bawa pulang dua

    idenya bank BCA keren banget deh

    ReplyDelete
  3. keren banget ya CSR-nya BCA ini, semoga banyak yang tergerakya dan berkelanjutan gerakannya..

    ReplyDelete
  4. keren ini untuk menarik kembali minat baca, aku dari jaman sekolah sampai sekarang masih hobi baca, ada kepuasan tersendiri kalau banyak membaca..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Becuuuul...tapi jujur saya sendiri waktunya sering teekuras untuk mengurusi kerjaan rumah tangga.

      Delete
  5. Kafe BCA ini acaranya seru seru ya maaak. Dulu aku ikutan yang kafe BCA 3, tentang UKM yang didukung BCA. Sekarang di Kafe BCA 5, BCA ngajakin Donasi Buku yaaaa. Emang kece deh Bank BCA iniiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa bener.emang BCA Selalu kece. Slalu kreatif.

      Delete
  6. Keren konsepnya BCA untuk lebih menggalakkan lagi minat baca, terutama untuk anak2 di pedalaman.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa banget kan tuh BCA miss...idenya slalu kreatif

      Delete
  7. Aku jadi ingat pas awal kos zaman kuliah dikabari ibu kalo buku2 di rumah dijual ke pemulung, meweeeek sejadi-jadinya. Seperti kehilangan pacar.

    Sekarang, mau dimakan tikus ya gak papa asal nggak dijual. Eman banget, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa emang mb. Saya buku pelajaran waktu SMA beberapa masih ada. Kalau sesuai sama materi saya ngajar, masih saya pakai buku2 itu. Kl yg lain udah banyak yang saya hibahkan ke adek kelas.

      Delete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir dan memberikan komentar di feriyana.com. Ditunggu lho, kunjungan dan komentar berikutnya.