Upaya Peningkatan Produktivitas KUKM Melalui Galeri Indonesia Wow


"Cintailah produk-produk Indonesia!" Kalimat yang diucapkan oleh Dr. HC Alim Markus (president direktur Maspion Group) di sebuah iklan tersebut memang benar. Cinta produk dalam negeri merupakan salah satu cara menunjukkan rasa cinta tanah air. Selain untuk membuktikan rasa cinta tanah air, mencintai dan memakai produk dalam negeri juga merupakan upaya kita mendukung kemajuan bidang ekonomi Indonesia. "Berarti harus mendukung dan menggunakan hasil UMKM Indonesia dong yaa..." Ada yang tahu mengapa?

Karena UMKM mempunyai posisi strategis dapat berkontribusi 56, 92% terhadap PDB Indonesia, menyerap 97,3% dari total angkatan kerja, tangguh terhadap hantaman krisis dan fleksibel atau mudah beradaptasi. 

"Terbukti sebagai contoh, Korea Selatan sejak tahun 2000 dengan cinta produk dalam negeri mereka sendiri, sekarang telah menjadi negara yang diperhitungkan dunia di bidang ekonomi", tutur Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (LLP KUKM) bapak Ahmad Zabadi dalam diskusi "Strategi Peningkatan Produktivitas KUKM Melalui Galeri Indonesia Wow" di SMESCO (02/06). Beliau menambahkan bahwa produk dalam negeri harus naik kelas. Caranya bagaimana? "Ya, harus mendukung dan memajukan usaha UMKM". 


Diskusi "Strategi Peningkatan Produktivitas KUKM Melalui Galeri Indonesia Wow" yang diadakan di SMESCO tersebut, dihadiri oleh Direktur utama LLP KUKM Ahmad Zabadi, Founder Fokus UMKM Cak Samsul, dan pelaku UKM Ita. Membahas bagaiamana strategi yang harus dilakukan dari berbagai pihak dalam rangka peningkatan produktivitas KUKM melalui Galeri Indinesia Wow. Dengan kata lain diskusi tersebut membahas bagaimana caranya UMKM bisa Naik Kelas ke level yang lebih tinggi. 

MENGAPA UMKM HARUS "NAIK KELAS"? 
Seperti yang telah kita ketahui bahwa produk-produk UMKM Indonesia mempunyai kualitas layak untuk mendunia. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah kualitas baik tersebut ternyata tidak serta merta membuat produk UMKM Indonesia menjadi laris manis di dalam negeri maupun di pasar dunia. Seakan kalah bersaing dengan produk impor. Mengapa demikian? Lalu bagaimanakah caranya agar produk UMKM Indonesia mampu bersaing dengan produk negara lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri?

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut memunculkan ide pentingnya untuk membuat UMKM atau UKM Indonesia harus naik kelas. Berikut adalah alasan pentingnya UMKM harus naik kelas:
  • Struktur UMKM Indonesia sangat timpang, yakni lebih dari 50 juta Usaha Mikro, kurang daru 1 juta usaha kecil dan kurang dari 100 ribu usaha menengah.
  • Perlu adanya strategi "Dorong Gelombang" untuk membuat menjadikan kelas menengah sebagai lokomotif penarik pembangunan nasional. 
Cak Samsul mengungkapkan mengenai prosedur UMKM agar Naik Kelas adalah dimulai dari terdaftar, bisnis terdiagnosis dengan baik, peningkatan kapasitas produktivitas, memonitoring dan mengevaluasi database lima tahunan serta penilaian berhasil atau tidak UMKM tersebut naik kelas. Selain itu sistem kelembagaannya juga harus diperhatikan dalam UMKM.

Ibu Ita, yang merupakan pelaku UKM mengamini betapa pentingnya menjalani sesuai prosedur dan regulasi yang ada.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah indikator UMKM naik Kelas:
  • Meningkatnya aset dari Non Bankable (agunan belum mencukupi) menjadi bankable (agunan mencukupi).
  • Meningkatnya total penjualan selama 1 tahun.
  • Meningkatnya pembayaran, jumlah tenaga kerja, pemanfaatan teknologi dan perizinan.
  • Berubah kearah yang positif mengenai sudut pandang perbankan.
Selain itu UMKM naki kelas juga mengukur mengenai kelembagaan, kualitas SDM, produksi, akses pembiayaan,dan pemasaran. 

Walaupun indikator, prosedur hingga latar belakang mengapa UMKM harus naik kelas sudah diketahui, namun ternyata realitanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada saja hambatan UMKM naik kelas. Mengapa demikian? 

MENGAPA UMKM SULIT UNTUK "NAIK KELAS"?
Membicarakan mengenai UMKM naik kelas, memang bukanlah urusan yang mudah. Ada banyak masalah-masalah pokok atau urgent yang harus dihadapi agar UMKM naik kelas. Apa saja masalah-masalah pokok tersebut?

Berikut masalah pokok UMKM tidak bisa naik kelas ke level yang lebih tinggi, yaitu:
  • Dukungan data dan info belum optimal dan kurang valid.
  • Koordinasi antar pihak yang beehubungan kurang optimal.
  • Sistem monitoring dan evaluasi belum dilaksanakan secara optimal.
  • Arah program dan kegiatan pemberdayaan UMKM kurang optimal.
Naaah, ke empat permasalahan di atas membuat UMKM sulit untuk naik kelas. Lalu apakah kita harus menyerah dengan keadaan? Tentunya tidak kan? Karena dari pihak pemerintah telah berupaya banyak demi UMKM naik kelas. 

UPAYA PEMERINTAH UNTUK MEWUJUDKAN UMKM "NAIK KELAS"
Memang tidak mudah untuk mewujudkan UMKM naik kelas. Butuh kerja sama dari mulai para pelaku UMKM hingga dari pihak pemerintah. Menyadari pentingnya kerjasama tersebut, pemerintah berupaya mempromosikan UMKM agar naik kelas, dengan cara:
  • Menciptakan program "Galeri Indonesia Wow" di SMESCO, sebagai upaya pemerintah memberikan kesempatan kepada pelaku UMKM untuk mendisplay produk mereka. 
  • Menetapkan tanggal 12 Agustus 2017 diperingati sebagai Hari UMKM Naik Kelas. Yang bertujuan untuk memberikan kesempatan dan mengapresiasi UMKM yang naik kelas.
  • Mengadakan roadshow ke 18 kota di Indonesia untuk mencari produk berkualitas.
Gedung SMESCO
Pict by http://smesco.indonesia-product.com/

Diskusi "Strategi Peningkatan Produktivitas KUKM Melalui Galeri Indonesia Wow" sore itu menghasilkan kesimpulan bahwa untuk membuat UMKM Indonesia Naik Kelas harus dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: 
  • Perlu adanya payung regulasi yang jelas yang mengatur tentang definisi, cakupan, penanggungjawab, keterlibatan para pihak yang terkait dan lain-lain.
  • Perlu disusun Grand Desain UMKM Naik Kelas 5 tahun ke depan.
  • Menyusun rencana aksi tahunan.
  • Memperkuat baseline database UMKM Online yang updatable dan akurat.
  • Menyelenggarakan penghargaan UMKM Naik Kelas secara rutin di pusat maupun daerah, sebagai basis laporan kinerja dalam upaya peningkatan produktivitas dan daya saing UMKM.
  • Selain itu juga dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak yang berkaitan, yang terlihat seperti pada gambar di bawah ini. 

Yuk, mari kita dukung program #UKMNaikKelas. Caranya adalah mulailah cintai produk dalam negeri, cintai produk UMKM. Yaa, walaupun terkadang harganya lebih mahal dibanding produk impor misalnya dari Tiongkok. Tapi kan, kualitasnya memang lebih bagus dibanding produk Tiongkok. 

Memang serba salah sih, produk kualitas bagus dengan harga sedikit mahal katanya kemahalan. Masih banyak barangnya mirip tapi harganya lebih murah. Tetapi kalau harganya murah, kualitas produknya yang diragukan. Bagus atau tidak. 

Berarti semuanya berawal dari diri kita sendiri. Lebih memilih mana, produk bagus dengan harga agak mahal daripada produk kualitas jelek dengan harga murah. Kalau saya sih memilih pilihan yang pertama. "Lebih baik membeli sekali agak mahal tapi barangnya awet daripada membeli yang murahan dan cepat rusak". Kalau kamu?

Share:

3 komentar

  1. setuju bgt. utk pemberdayaan produktivitas bangsa, sudah semestinya bangga menggunakan produk negeri sendiri

    ReplyDelete
  2. Memang sudah saatnya UKM kita bisa lebih maju.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir dan memberikan komentar di feriyana.com. Ditunggu lho, kunjungan dan komentar berikutnya.