Film Kartini: Emansipasi Wanita Yang Sebenarnya


Raden Ajeng Kartini, sebuah nama yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Terutama bagi emansipasi wanita di negeri ini. Nama gelar ningrat serta raut wajah nan lembut, memberi kesan beliau adalah bangsawan yang lemah lembut dan sangat mriyayi. Namun ternyata kesan yang saya tangkap selama ini tentang Kartini, terpatahkan begitu saja sejak menonton film Kartini terbaru yang tayang tanggal 19 April 2017. 



Jelas terlihat kesan mriyayi tidak dimiliki oleh Kartini dalam film ini. Sejak dari kalimat, "ojo undang aku mbakyu. Kartini wae!". Kalimat tersebut terlontar Kartini yang diperankan oleh Dian Sastro kepada kedua adiknya yaitu Roekmini (Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita). Dalam budaya Jawa apalagi ningrat, unggah ungguh serta tata krama sangatlah penting untuk diperhatikan dan harus selalu dilakukan sesuai aturannya. Memanggil kakak dengan langsung menyebut nama seharusnya kesalahan fatal. Tetapi Kartini tidak mempedulikan hal itu. 

Kesan lemah lembut yang saya dapati dalam raut wajah pada gambar Kartini pun ternyata salah besar. Karena dalam film ini, Kartini digambarkan sebagai wanita yang pintar, ceria dan lincah. Pas sekali dengan nama kecilnya yaitu "Trinil" bahasa Jawa yang berarti lincah dan ceria. Gaul gitu...

Senang bisa mendapatkan undangan nonton dari Prudential Indonesia melalui Blogger Reporter Indonesia. Awalnya saya mengira jalan cerita film Kartini akan membosankan. Secara selama ini, film mengenai sejarah biasanya sangat membosankan. Namun ternyata sang sutradara yaitu Hanung Bramantyo mampu membuktikan kualitasnya sebagai sutradara hebat di Indonesia. Terbukti mampu membuat film sejarah menjadi sebuah film drama romantis yang kece abiiis... 4 jempol dech buat mas Hanung (maklum saya cuma punya 4 jempol). Hehe...

Di tangan Hanung Bramantyo, film ini mampu mengaduk-aduk emosi penonton dengan drama kehidupan Kartini, setting tempat yang sangat detail pas untuk menggambarkan tahun 1800an. Alur ceritanya pun mampu menggiring penonton menjadi seorang Kartini kala itu.  

Selain dari kehebatan sang sutradara, menurut saya film ini menjadi lebih istimewa karena pemeran utamanya yang mampu memerankan sosok Kartini dengan begitu bagusnya. Kecerdasan, keceriaan dan kelincahan serta ketabahan dalam mengahadapi budaya Jawa yang membelenggunya terpancar dari akting seorang Dian Sastrowadoyo. Semua juga tahu bagaimana kualitas Dian Saatrowardoyo dalam berakting. 

Apalagi film yang diproduseri oleh Lagacy Pictures ini didukung oleh para pemain pendukung yang menurut saya luar biasa semua. Bisa dibilang, film ini bertaburan bintang. Wajar saya berkata demikian, karena film ini menghadirkan Chritine Hakim, Jenar Maesa Ayu, Reza Rahadian, Ayushita, Acha Septriasa, Dedi Sutomo, Dwi Sasono, dan Denny Sumargo. 

Hanya saja saya merasa kecewa. Secara saya fans beratnya Reza Rahadian, merasa kecewa idola saya malah berperan menjadi kakaknya Kartini. Seharusnya kan, jadi suaminya Kartini. *he... Tetapi di luar keegoisan saya sebagai fans beratnya Reza Rahadian, saya merasa kagum dengan kualitas akting dari masing-masing pemerannya.

Seperti Christine Hakim yang berperan sebagai Ngasirah walaupun banyak diam, ia mampu menggambarkan penderitaan seorang ibu yang harus menekan ego, rela menjadi seorang pembantu serta mengikhlaskan anak kandungnya untuk tidak memanggilnya ibu. Terlihat jelas betapa sakit hatinya dalam posisi tersebut. 

Selain itu akting Jenar Maesa Ayu yang berperan sebagai  Raden Ajeng Moeryam juga tidak kalah mempesona. Hanya dengan gesture terlihat jelas peran sebagai istri dan ibu yang sangat tertekan. Yang menikah tanpa dilandasi cinta. Tanpa banyak bicara ia mampu memerankan sosok yang dingin, kaku dan terkesan jahat dengan Kartini dan adik-adiknya. 

Semua pemeran dalam film ini mampu memerankan karakternya dengan sangat baik. Saling menghidupkan film Kartini. Selain mendapatkan penggambaran sejarah hidup Kartini, film ini mampu menyuguhkan nilai-nilai serta pelajaran hidup yang sangat berguna untuk para generasi muda. Terutama untuk generasi milenials nih. Pesan yang ingin disampaikan dalam film ini ngena banget. Saya saja beekali-kali terhenyak mendengar beberapa kalimat dalam film ini. Seperti kalimat berikut: 
"Pintu itu adalah batas dunia luar kita. Kamar adalah satu-satunya tempat kita bisa menjadi diri sendiri."
"Tubuh boleh hancur ditelan tanah tapi pikiran tidak boleh punya batas waktu."
" Ada 2 hal penting dari pendidikan.Pertama: Bebas dan mandiri. Kedua: mengajarkan seseorang mendalami budi pekerti yang luhur. Berpikir adil sejak pikiran dan peduli  dengan lingkungan."

SINOPSIS FILM KARTINI
Kartini lahir dari seorang wanita bukan bangsawan yang bernama Ngasirah dan ayahnya seorang calon bupati bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879.

Walaupun sudah berkeluarga sebagai calon bupati, ayah Kartini harus menikah dengan wanita bangsawan bernama Raden Ajeng Moeryam. Demi martabat keluarga, ayah Kartini terpaksa menikah dengan wanita pilihan orang tuanya dengan tanpa meninggalkan keluarga kecilnya sebelumnya. Ngasirah dijadikan pembantu rumah tangganya agar tetap bisa tinggal bersama. Karena memang saat itu, perempuan tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan layaknya pria terutama dalam hal pendidikan. Tugas seorang wanita saat itu hanya berkutat di area dapur, kasur dan sumur saja. Hanya bertugas masak, melayani suami, dan membereskan pekerjaan rumah.

Kartini selalu merasa tidak adil dengan apa yang terjadi dengan ibu kandungnya yang dijadikan sebagai pembantu rumah tangga. Dan yang tetberat baginya adalah saat memanggil ibunya dengan sebutan "yu". Panggilan untuk pembantu rumah tangga.

Kartini muda yang cerdas, ceria dan lincah sangat haus akan ilmu pengetahuan. Hingga pada saat ia diharuskan menjalani adat pingitan, ia merasa tersiksa karena keinginannya untuk belajar tidak bisa ia lakukan. Namun berkat bantuan kakak kandungnya yaitu Kartono (Reza Rahadian) dan sepasang suami istri orang Belanda, Kartini berusaha untuk bisa belajar di Belanda dan ingin berusaha memperbaiki nasib kaum perempuan Jepara.

Penasaran, dengan usaha yang dilakukan Kartini beserta adik-adiknya (Trio Bunga Semanggi) untuk merubah masa depan kaum perempuan Jepara? Berhasilkah mereka? Mau tahu kisah selengkapnya? Langsung saja tonton film Kartini di Bioskop-bioskop kesayangan Anda! Mulai tayang tanggal 19 April 2017.


Selamat menonton! Kalau saya, sekarang waktunya menceritakan kisah Kartini ini untuk siswa siswi saya di sekolahan. 




Share:

3 komentar

  1. Aku udah nonton film Kartini dan menurutku jadi mengajarkan tentang kiprah Ibu Kartini ya

    ReplyDelete
  2. tiap tahun selalu ada film kartini ya..

    ReplyDelete
  3. Saya nggak nonton ini film. Dibalik ceritanya, pemainnya memang pilihan banget ya. Djenar aja ikutan main.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir dan memberikan komentar di feriyana.com. Ditunggu lho, kunjungan dan komentar berikutnya.