Museum Perumusan Naskah Proklamasi: Rela Lembur Demi Kemerdekaan


Museum merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan sejarah bangsa kita. Tetapi saat ada pertanyaan,"kapan terakhir ke museum?" Pasti langsung pada berpikir keras, "kapan ya??hhmmm...!! Habisnya saya gak suka dengan museum sih. "  Dan langsung ngeles, "kan masih banyak cara lain untuk mengenal sejarah Indonesia!".

Memang jarang sekali masyarakat yang hobi rekreasi ke museum. Seakan museum adalah tempat wisata terakhir bila sudah tidak ada pilihan lain lagi. Ada juga yang berpikiran, "rekreasi ke museum? Emang gak ada tempat lain? Iiih, takut ah sama dioramanya."
Museum Perumusan Naskah Proklamasi dari depan

Saya maklum sih, museum di Indonesia masih sangat membosankan untuk dikunjungi. Padahal menurut saya kehadiran museum sangat penting terutama untuk memperkenalkan jati diri bangsa. Memang bisa, langsung ke tempat bersejarah. Misalnya di Jakarta Pusat ada Pasar Baru. Pasar yang sudah ada sejak tahun 1820. Pasar Baru merupakan pusat perbelanjaan tertua di Jakarta. Tetapi saat kita pergi langsung ke Pasar Baru, yang ada hanyalah jajaran toko dan kios perbelanjaan. Tidak ada sumber informasi yang lengkap tentang sejarah pasar baru. Jadi kalau kita belum mengetahui sejarah pasar baru, saat datang ke sana yang ada pasti kita belanja saja. Tanpa mengetahui betapa panjang sejarah pasar baru tersebut.

Berbeda saat kita datang ke museum. Di dalamnya banyak terdapat benda-benda bersejarah serta penjelasannya. Kalaupun belum jelas kita bisa langsung bertanya kepada pemandu wisata. Tetapi sekali lagi itu kembali ke masing-masing individu. Bukan karena background saya sebagai guru IPS yaa... 😂😃😄

Saya sangat hobi untuk datang ke museum mengajak anak dan keluarga. Setidaknya bagi saya museum merupakan sumber informasi pada saat saya mendongeng untuk anak. Saya ceritakan misalnya cerita saat perumusan naskah proklamasi dengan gaya bahasa anak-anak.
Soekarno, Moch. Hatta dan Ahmad Subardjo sedang menyusun konsep naskah proklamasi

Anyway, yaa sudahlah kalau memang tidak suka museum. Saya tidak memaksakan kok. Jadi di sini saya hanya ingin sekedar berbagi cerita tentang Museum Perumusan Naskah Proklamasi. 

Pasti masih asing yaa dengan Museum Perumusan Naskah Proklamasi? Bahkan mungkin baru mendengarnya sekarang. Ternyata ada lho Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Museum ini adanya di:

Jl. Imam Bonjol No.1 Rt.9/ 4, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 11310


KARCIS MASUK:
Dewasa Perseorangan Rp 2.000,-
Rombongan Dewasa (min.20 orang) Rp 1.000,-/orang
Anak-anak perorangan Rp 1.000,-
Rombongan Anak-anak (mi.20 orang) Rp 500,-/orang
Pengunjung Asing Rp 10.000,-

Harga karcisnya murah meriah kan? Berarti harga karcis tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak ke museum.
Maket Museum Perumusan Naskah Proklamasi

SEKILAS MENGENAI MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI
Museum Perumusan Naskah Proklamasi pada masa penjajahan Jepang, adalah rumah Laksamana Tadashi Maeda. Tempat ini digunakan untuk merumuskan atau membuat teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. 

Proses perumusan naskah proklamasi tersebut dilatarbelakangi oleh kekalahan Jepang melawan sekutu. Kabar kekalahan Jepang tersebut mengakibatkan perbedaan pendapat antara pejuang kemerdekaan golongan muda dan golongan tua. Golongan muda yang menginginkan proklamasi kemerdekaan Indonesia diadakan secepatnya. Sedangkan golongan tua yang menginginkan kemerdekaan dilaksanakan setelah menanyakan kebenaran berita kekalahan Jepang langsung kepada Jepang serta harus diadakan rapat PPKI terlebih dahulu. 
-
Ruang serambi depan, tempat para hadirin saat itu menunggu proses pembuatan naskah proklamasi

Perbedaan pendapat tersebut mengakibatkan golongan muda membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke daerah Rengas Dengklok. Tujuannya untuk mengamankan Soekarno dan Moh. Hatta dari pengaruh Jepang. Peristiwa Rengas Dengklok terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB. 


Setelah dibujuk oleh Ahmad Soebardjo akhirnya Soekarno dan Moh. Hatta berhasil dibawa kembali ke Jakarta. Sekitar pukul 22.00 WIB, Soekarno, Moh Hatta dan Ahmad Soebardjo ke rumah Laksamana Tadashi Maeda. Di kediaman Laksamana Tadashi Maeda inilah proses penyusunan naskah proklamasi berlangsung.

Soekarno mengucapkan terimakasih kepada Laksamana Tadashi Maeda

Dari sejarah singkat mengenai proses perumusan naskah proklamasi yang saya baca, satu hal yang sering terlupa. Ternyata proses kemerdekaan Indonesia tidak semudah yang kita pikirkan. Bahkan para pejuang kemerdekaan Indonesia rela mondar-mandir dalam keadaan puasa ramadhan tanpa menghiraukan waktu. Mereka rela lembur demi kemerdekaan Indonesia. 

MENGULIK RUANGAN-RUANGAN MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI
Datang berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, pengunjung langsung disuguhi oleh susunan ruangan layaknya saat proses perumusan naskah proklamasi sedang berlangsung. Seakan pengunjung diajak kembali lagi ke masa itu. 

Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi ditemani B.M. Diah

Gedung dengan dua lantai tersebut, ternyata hanya beberapa ruangan saja yang digunakan dalam proses perumusan naskah proklamasi. Terutama yang lantai bawah.
  • Di ruang tamu yang berada di depan yang waktu itu digunakan sebagai ruang kerja Laksamana Tadashi Maeda, Soekarno mengucapkan terimakasih atas kesediaan Maeda meminjamkan rumah kediamannya untuk rapat mempersiapkan Proklamasi. Ruangan ini berada persis di depan pintu masuk rumah. 
  • Ruang makan yang letaknya berada di sebelah kiri dalam dari pintu masuk rumah. Ruangan ini merupakan tempat penyusunan naskah proklamasi. Dini hari menjelang pukul 03.00 WIB, Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad Soebardjo memasuki ruangan ini dan duduk mengelilingi meja bundar. Sedangkan Soediro (mbah), dan B.M. Diah mengikuti dan duduk di ruang agak belakang. 
  • Ruangan Serambi muka. Letaknya samping kiri dari pintu masuk rumah. Lebih tepatnya berada di depan ruang makan. Di ruangan ini, konsep naskah proklamasi yang telah dibuat Soekarno, Moch. Hatta dan Ahmad Soebardjo di bacakan secara perlahan dan berulang-ulang kepada hadirin yang ada pada saat itu. Soekarno menanyakan pendapat kepada seluruh hadirin yang hadir, "benar-benar semua setuju?" Semua hadirin menjawab bersamaan, "setuju".
  • Ruang kecil di bawah tangga digunakan untuk mengetik konsep naskah proklamasi. Konsep yang telah disepakati semua hadirin yang ada pada saat itu serta telah disepakati pula bahwa Soekarno dan Moch. Hatta yang akan menandatangani naskah proklamasi, akhirnya diketik oleh Sayuti Melik yang ditemani oleh B.M. Diah dengan merubah tiga kata, yaitu "tempoh" menjadi "tempo", kata "wakil-wakil Bangsa Indonesia" menjadi atas nama Bangsa Indonesia" serta penulisan hari, bulan dan tahun.
  • Piano yang berada di bawah tangga, depan ruangan pengetikan naskah proklamasi merupakan tempat di mana Soekarno dan Moh. Hatta menandatangani naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. 
Proses pengetikan dan penandatanganan naskah proklamasi

Selain lima tempat atau ruangan tersebut, ruangan-ruangan lain yang ada di Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang dulunya merupakan rumah kediaman dari Laksamana Tadashi Maeda digunakan untuk memajang berbagai hal sekitar peristiwa proklamasi. Seperti misalnya:
  • Ruang depan sebelah kanan dari pintu masuk rumah digunakan untuk memajang koran, majalah, buku dan lain-lain yang memuat berita proklamasi. 
  • Lantai atas digunakan untuk memajang foto dan barang-barang pribadi yang berhubungan mengenai pejuang yang hadir saat itu. seperti koleksi pribadinya Soepomo, suwiryo, Iwa Kusuma Sumantri, I Goesti Ketut Poedja dan A.A. Hamidhan. 

Tokoh pejuang RI yang hadir saat perumusan naskah proklamasi

Hayuuk aaah, kita ke museum. Kasihan kan, nanti anak cucu kita jadi kurang mengenal sejarah Indonesia. Ini cuma salah satu cara mengenal sejarah Indonesia saja yaa. Banyak cara lainnya. Supaya terbayang kejadiannya seperti apa, saat itu, langsung ketempatnya dong yaa.. Masa ke mall??😂😃😄 Gak jauh kok dari pusat kota jakarta. Naik KRL juga bisa. Turun di stasiun Cikini dilanjutkan naik ojek online saja. Dekat kok dari stasiun Cikini. Gak ada alasan lagi kan untuk gak ke museum? Apa? Masih ngeles juga? Mau ke mall aja? Kalau saya sih, mending ke museum, jalan-jalan bersama keluarga yang murah meriah, foto-foto juga bisa. Anakpun bisa lebih mengenal sejarah Indonesia. Dan setidaknya saya jadi punya bahan cerita untuk dongengin anak sebelum tidur. Yuk mari ke museum...

Share:

5 komentar

  1. Pengen ngajak Bilqis ke Museum sekaligus memperkenalkan sejarah.

    ReplyDelete
  2. Sayang banget ya mbak museum jarang dikunjungi. Ini harusnya bisa jadi tambahan pelajaran sekolah spt pelajaran sejarah agar bisa membawa murid ke museum agar mereka lebih mengenal sejarah.

    ReplyDelete
  3. Sayang banget ya mbak museum jarang dikunjungi. Ini harusnya bisa jadi tambahan pelajaran sekolah spt pelajaran sejarah agar bisa membawa murid ke museum agar mereka lebih mengenal sejarah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener bgt mb elva. Jadi kalau dpt pelajaran sejarah di skolahan gak terlalu meraba2. Biar tau aslinya tempat & jl cerita peristiwa yg benar. Krn skrg kan lg merebak hoax.😂😃😄

      Delete

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir dan memberikan komentar di feriyana.com. Ditunggu lho, kunjungan dan komentar berikutnya.